sepedatakbelampu.com
Di sudut kota yang terlupakan, di antara jalan-jalan sempit
yang jarang dilewati, ada sepeda tua yang tak pernah menyala lampu. Orang-orang
di sekitar menyebutnya “Sepeda Tak Belampu.” Tidak ada yang tahu siapa
pemiliknya atau bagaimana sepeda itu bisa bertahan selama bertahun-tahun.
Pemilik sepeda ini adalah seorang pria bernama PakEtek. Dia telah mengendarai sepeda ini sejak masa lajangnya. Pak Etek adalah
seorang penjelajah, mengelilingi kota dan desa-desa terpencil. Dia pernah
mengayuh sepedanya hingga ke pegunungan dan hutan belantara.
Pak Etek tidak pernah memasang lampu pada sepedanya. Dia
berkata, “Sebuah sepeda tak perlu cahaya buatan. Cahaya bintang sudah cukup
untuk menuntun kita pulang.” Dia percaya bahwa bintang-bintang di langit adalah
teman setia yang selalu mengawalnya.
Setiap kali Pak Etek mengayuh sepedanya, dia merasa dekat
dengan alam. Dia merasakan getaran tanah di bawah roda sepeda, mendengarkan
nyanyian burung malam, dan melihat langit yang penuh bintang. Sepeda tak
belampu adalah jendela ke dunia yang lebih sederhana dan lebih dalam.
Orang-orang di kota sering bertanya, “Mengapa Pak Etek tidak memasang lampu pada sepedanya? Apakah dia tidak takut tersesat di malam
hari?”
Pak Etek hanya tersenyum dan menjawab, “Sebenarnya, sepeda
ini memiliki CAHAYA yang tak terlihat. Cahaya yang hanya bisa dirasakan oleh hati.
Cahaya yang mengarahkan kita pada kebenaran dan keindahan.”
Dan begitulah, Sepeda Tak Belampu terus mengayuh di malam
hari. Pak Etek mengajarkan kepada kita bahwa terkadang, kita tidak perlu
cahaya buatan untuk menuntun kita. Bintang-bintang di langit dan cahaya hati
sudah cukup.
Created by AI, posted Iwang
0 Comments